Membangun Makna Teologis Gotong Royong dalam Memperkuat Kebhinekaan
DOI:
https://doi.org/10.33991/epigraphe.v4i2.197Keywords:
dialogue, diversity, plurality, gotong royong, radicalism, kebhinekaan, dialog, pluralitas, radikalismeAbstract
This article discusses the form of dialogue based on social relations as an effort to approach radical Islamic groups to maintain diversity in Indonesia country. It is a manifestation of the spirit of postmodern plurality in the context of the theology of religions. The aim of the problem of this research is how to maintain diversity with radical groups in the context of postmodern plurality and how connected this spirit is to the ecumenical procession. The author uses a literature study to analyze it. The spirit of postmodern plurality promotes the principle of mutual cooperation which mediates Christian groups for dialogue based on social relations with radical groups. This encouragement to build relationships with groups that keep their distance from Christianity requires an inherent cultural approach between the two and a spirit that unites as a nation. That way, dialogue with radical groups is not a necessity but a possibility to maintain diversity.       Â
Abstrak
Artikel ini membahas tentang bentuk dialog berbasis relasi sosial sebagai upaya mendekati kelompok Islam Radikal untuk menjaga kebhinekaan sebagai perwujudan semangat pluralitas postmodern dalam konteks berteologi agama-agama. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana menjaga kebhinekaan bersama kelompok radikal dalam konteks pluralitas postmodern dan seberapa terhubung semangat ini dengan arak-arakan ekumenikal. Penulis menggunakan studi pustaka untuk menganalisisnya. Semangat pluralitas postmodern mempromosikan kembali prinsip gotong royong yang mengantarai kelompok Kristen untuk dialog berbasis relasi sosial dengan kelompok radikal. Untuk membangun hubungan dengan kelompok yang menjaga jarak dengan Kekristenan dibutuhkan pendekatan budaya yang melekat di antara keduanya dan spirit yang mempersatukan sebagai bangsa. Dengan begitu, dialog dengan kelompok radikal bukanlah sebuah keniscayaan melainkan kemungkinan untuk menjaga kebhinekaan.
References
Ahyar, Muzayyin. “Membaca gerakan Islam radikal dan deradikalisasi gerakan Islam.†Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 23, no. 1 (2015): 1-26.
Amos, Clare, peny. Who do we say that we are? Christian identity in a multi-religious. Geneva: WCC Publications, 2016.
Apriano, Alvian. “Fungsi implementatif tawaran pilihan etis-teologis Kristen dalam konteks dilema moral.†EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 3, No. 2 (November 2019): 142-156.
BBC. Indonesia. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150802_indonesia_muktamar_nu_muhammadyah (diakses 17 Desember 2016).
Cornille, Catherine. Dalam conditions for Inter-Religious Dialogue. Dalam The Wiley-Blackwell Companion to Inter-Religious Dialogue, peny. Catherine Cornille.Malden: John Wiley & Sons, Ltd, 2013.
______. The im-possibility of interreligious dialogue. New York: The Crossroad Publishing Company, 2008.
Dahana, Radhar. Jejak postmodernisme: Pergulatan kaum intelektual di Indonesia. Jakarta: Bentang Pustaka, 2004.
Donovan. https://sermonwriter.com/biblical-commentary/galatians-61-16/ (diakses 20 September 2020)
Gibaut, Canon. The church towards a common vision: Faith and order paper no. 214.Genewa: WCC Publications, 2013.
Keener, Craig. Galatians (New Cambridge Bible Commentary). Cambridge: Cambridge University Press, 2018.
Lash, Scott. Sosiologi postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Legge, John. Sukarno: Sebuah biografi politik, terj. Tim PSH. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Lyotard, Jean F. Dalam from postmodern condition: A report on knowledge. Dalam From modernism to postmodernism, peny. Lawrence Cahoone. Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2000.
Melalatia, M. J, peny. Ensiklopedia nasional Indonesia s.v. Gotong Royong. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989.
Moo, Douglas. Galatians (Baker Exegetical Commentary). Grand Rapids: Baker Academic.
O’Donnell, Kevin. Posmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Panjaitan, Merphin. Peradaban gotong royong. Jakarta: Jala Permata Aksara, 2016.
Rokhmad, Abu. “Radikalisme Islam dan upaya deradikalisasi paham radikal.†Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (2012): 79-114.
Schumann, Olaf. Dialog antarumat beragama: Membuka babak baru dalam hubungan antarumat beragama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Setiawan, Nur. dan Djaka Soetapa. Meniti kalam kerukunan: Beberapa istilah kunci dalam Islam & Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Suryohadiprojo, Sayidiman. Budaya gotong royong dan masa depan bangsa. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2016.
Suyanto, Agus. Laskar dan Mennonite: Perjumpaan Islam-Kristen untuk perdamaian di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Syaefudin, Machfud. "Reinterpretasi Gerakan Dakwah Front Pembela Islam (FPI)." Jurnal Ilmu Dakwah 34, no. 2 (2014): 259-276.
Swidler, Leonard. Dalam the history of inter-religious dialogue. Dalam The Wiley-Blackwell companion to inter-religious dialogue, peny. Catherine Cornille. Malden: John Wiley & Sons, Ltd, 2013.
Swidler, Leonard. Deeper meanings of dialogue today. Journal of Ecumenical Studies, 48:2 (Springs 2013): 143-144, 2013.
Thoyyib, Mochamad. "Radikalisme Islam Indonesia." TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam 1, no. 1 (2018): 90-105.
WCC. Documents. https://www.oikoumene.org/en/resources/documents/wcc-programmes/interreligious-dialogue-and-cooperation/interreligious-trust-and-respect/ecumenical-considerations-for-dialogue-and-relations-with-people-of-other-religions (diakses 17 Desember 2016).
WCC. The Church: Towards a Common Vision. Faith and Order Paper No. 214. Geneva: WCC Publications, 2013.
WCC. Who Do We Say That We Are? Christian Identity in a Multi-Religious World. Geneva: WCC Publications, 2016.